Berikut ini akan dijelaskan beberapa tipe-tipe serangan yang dapat dilancarkan oleh pihak-pihak tertentu terhadap sebuah jaringan komputer:
Denial of Services dan Distributed Denial of Services adalah sebuah metode serangan yang bertujuan untuk menghabiskan sumber daya sebuah peralatan jaringan komputer sehingga layanan jaringan komputer menjadi terganggu. Salah satu bentuk serangan ini adalah 'SYN Flood Attack', yang mengandalkan kelemahan dalam sistem 'three-way-handshake'. 'Three-way-handshake' adalah proses awal dalam melakukan koneksi dengan protokol TCP. Proses ini dimulai dengan pihak klien mengirimkan paket dengan tanda SYN. Lalu kemudian pihak server akan menjawab dengan mengirimkan paket dengan tanda SYN dan ACK. Terakhir, pihak klien akan mengirimkan paket ACK.
Setelah itu, koneksi akan dinyatakan terbuka, sampai salah satu pihak mengirimkan paket FIN atau paket RST atau terjadi connection time-out. Dalam proses 'three-way-handshake', selain terjadi inisiasi koneksi, juga terjadi pertukaran data-data parameter yang dibutuhkan agar koneksi yang sedang dibuat dalam berjalan dengan baik. Dalam serangan ini, sebuah host akan menerima paket inisiasi koneksi (Paket dengan flag SYN) dalam jumlah yang sangat banyak secara terus menerus. Akibatnya host yang sedang diserang akan melakukan alokasi memori yang akan digunakan untuk menerima koneksi tersebut dan karena paket inisiasi terus-menerus diterima maka ruang memori yang dapat digunakan untuk menerima koneksi akan habis. Karena semua ruang memori yang dapat digunakan untuk menerima koneksi sudah habis, maka ketika ada permintaan baru untuk melakukan inisiasi koneksi, host ini tidak dapat melakukan alokasi memori sehingga permintaan baru ini tidak dapat dilayani oleh host ini. Untuk menghindari pelacakan, biasanya paket serangan yang dikirimkan memiliki alamat IP sumber yang dipalsukan. Untuk menghadapi serangan seperti ini, sistem operasi – sistem operasi modern telah mengimplementasikan metode-metode penanganan, antara lain :
• Micro-blocks. Ketika ada sebuah host menerima paket inisiasi, maka host akan mengalokasikan ruang memori yang sangat kecil, sehingga host tersebut bisa menerima koneksi lebih banyak. Diharapkan ruang memori dapat menampung semua koneksi yang dikirimkan, sampai terjadi connection-time-out, dimana koneksi-koneksi yang stale, yaitu koneksi yang tidak menyelesaikan proses 'three-way-handshake' atau sudah lama tidak ada transaksi data, akan dihapuskan dari memori dan memberikan ruang bagi koneksi-koneksi baru. Metode ini tidak terlalu efektif karena bergantung pada kecepatan serangan dilakukan, apabila ternyata kecepatan paket serangan datang lebih cepat daripada lamanya waktu yang perlu ditunggu agar terjadi connection-time-out pada paket-paket yang stale, make ruang memori yang dapat dialokasikan akan tetap habis.
• SYN Cookies. Ketika menerima paket inisiasi, host penerima akan mengirimkan paket tantangan yang harus dijawab pengirim, sebelum host penerima mengalokasikan memori yang dibutuhkan. Tantangan yang diberikan adalah berupa paket SYN-ACK dengan nomor urut khusus yang merupakan hasil dari fungsi hash dengan input alamat IP pengirim, nomor port, dll. Jawaban dari pengirim akan mengandung nomor urut tersebut. Tetapi untuk melakukan perhitungan hash membutuhkan sumber-daya komputasi yang cukup besar, sehingga banyak server-server yang aplikasinya membutuhkan kemampuan komputasi tinggi tidak mempergunakan metode ini. Metode ini merubah waktu peng-alokasian memori, yang tadinya pada awal dari proses 'threeway-handshake', menjadi diakhir dari proses tersebut. (notes: pada standard TCP/IP yang baru, ditentukan bahwa diperlukan cara yang lebih baik untuk menentukan urut paket, sehingga sulit untuk ditebak. Jadi kemungkinan secara default, metode ini akan digunakan pada seluruh peralatan jaringan komputer atau sistem operasi yang ada).
• RST Cookies. Mirip dengan SYN Cookies, hanya tantangan yang dikirimkan host penerima ke pengirim adalah sebuah paket yang salah. Apabila pengirim adalah pengirim yang valid, maka pengirim akan mengirimkan paket RST lalu mengulang kembali koneksi. Ketika penerima menerima paket RST, host tersebut tahu bahwa pengirim adalah valid dan akan menerima koneksi dari pengirim dengan normal. Karena ada masalah dengan implementasi lapisan TCP/IP, metode ini kemungkinan tidak kompatibel dengan beberapa sistem operasi. Metode ini merubah waktu pengalokasian memori, yang tadinya pada awal dari proses 'three-way-handshake', menjadi diakhir dari proses tersebut.
Packet Sniffing adalah sebuah metode serangan dengan cara mendengarkan seluruh paket yang lewat pada sebuah media komunikasi, baik itu media kabel maupun radio. Setelah paket-paket yang lewat itu didapatkan, paket-paket tersebut kemudian disusun ulang sehingga data yang dikirimkan oleh sebuah pihak dapat dicuri oleh pihak yang tidak berwenang. Hal ini dapat dilakukan karena pada dasarnya semua koneksi ethernet adalah koneksi yang bersifat broadcast, di mana semua host dalam sebuah kelompok jaringan akan menerima paket yang dikirimkan oleh sebuah host. Pada keadaan normal, hanya host yang menjadi tujuan paket yang akan memproses paket tersebut sedangkan host yang lainnya akan mengacuhkan paketpaket tersebut. Namun pada keadaan tertentu, sebuah host bisa merubah konfigurasi sehingga host tersebut akan memproses semua paket yang dikirimkan oleh host lainnya. Cukup sulit untuk melindungi diri dari gangguan ini karena sifat dari packet sniffing yang merupakan metode pasif (pihak penyerang tidak perlu melakukan apapun, hanya perlu mendengar saja). Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini, yaitu:
Secara rutin melakukan pemeriksaan apakah ada host di jaringan kita yang sedang dalam mode promiscuous, yaitu sebuah mode dimana host tersebut akan memproses semua paket yang diterima dari media fisik. Akan tetapi hal ini hanya akan melindungi diri kita terhadap packet sniffer yang berada pada satu kelompok jaringan dengan kita. Penyerang yang melakukan sniffing dari luar jaringan komputer kita tidak akan terdeteksi dengan menggunakan metode ini.
• Mempergunakan SSL atau TLS dalam melakukan pengiriman data. Ini tidak akan mencegah packet sniffer untuk mencuri paket yang dikirimkan, akan tetapi paket-paket yang dicuri tidak bisa dipergunakan karena dikirimkan dengan menggunakan format yang terenkripsi.
• Melakukan koneksi VPN, sehingga tetap bisa mempergunakan aplikasi yang tidak mendukung SSL atau TLS dengan aman.
Packet Sniffing sebagai tools pengelola jaringan.
Sebenarnya selain sebagai menjadi alat untuk melakukan kejahatan, packet sniffer juga bisa digunakan sebagai alat pertahanan. Dengan melakukan analisa paket-paket yang melalui sebuah media jaringan komputer, pengelola dapat mengetahui apabila ada sebuah host yang mengirimkan paket-paket yang tidak normal, misalnya karena terinfeksi virus. Sebuah IDS juga pada dasarnya adalah sebuah packet sniffer yang bertugas untuk mencari host yang mengirimkan paket-paket yang berbahaya bagi keamanan. Selain itu packet sniffer juga bisa menjadi alat untuk melakukan analisa permasalahan yang sedang dihadapi sebuah jaringan komputer. Misalkan ketika sebuah host tidak dapat berhubungan dengan host lainnya yang berada pada kelompok jaringan yang berbeda, maka dengan packet sniffer, pengelola jaringan komputer dapat melakukan penelusuran dimana permasalahan koneksi itu terletak.
IP Spoofing adalah sebuah model serangan yang bertujuan untuk menipu seseorang. Serangan ini dilakukan dengan cara mengubah alamat asal sebuah paket, sehingga dapat melewati perlindungan firewall dan menipu host penerima data. Hal ini dapat dilakukan karena pada dasarnya alamat IP asal sebuah paket dituliskan oleh sistem operasi host yang mengirimkan paket tersebut. Dengan melakukan raw-socket-programming, seseorang dapat menuliskan isi paket yang akan dikirimkan setiap bit-nya sehingga untuk melakukan pemalsuan data dapat dilakukan dengan mudah.
Salah satu bentuk serangan yang memanfaatkan metode IP Spoofing adalah 'man-in-the-middleattack'. Pada serangan ini, penyerang akan berperan sebagai orang ditengah antara dua pihak yang sedang berkomunikasi. Misalkan ada dua pihak yaitu pihak A dan pihak B lalu ada penyerang yaitu C. Setiap kali A mengirimkan data ke B, data tersebut akan dicegat oleh C, lalu C akan mengirimkan data buatannya sendiri ke B, dengan menyamar sebagi A. Paket balasan dari B ke A juga dicegat oleh C yang kemudian kembali mengirimkan data 'balasan' buatannya sendiri ke A. Dengan cara ini, C akan mendapatkan seluruh data yang dikirimkan antara A dan B, tanpa diketahui oleh A maupun C. Untuk mengatasi serangan yang berdasarkan IP Spoofing, sebuah sistem operasi harus dapat memberikan nomor-urut yang acak ketika menjawab inisiasi koneksi dari sebuah host. Dengan nomor urut paket yang acak, akan sangat sulit bagi seorang penyerang untuk dapat melakukan pembajakan transmisi data.
Selain itu, untuk mengatasi model serangan 'man-in-the-middle-attack', perlu ada sebuah metode untuk melakukan otentikasi host yang kita hubungi. Otentikasi dapat berupa digitalcertificate yang eksklusif dimiliki oleh host tersebut. Konfigurasi firewall yang tepat juga dapat meningkatkan kemampuan jaringan komputer dalam menghadapi IP Spoofing. Firewall harus dibuat agar dapat menolak paket-paket dengan alamat IP sumber jaringan internal yang masuk dari interface yang terhubung dengan jaringan eksternal.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mencuri data-data penting orang lain adalah dengan cara melakukan penipuan. Salah satu bentuk penipuan yang bisa dilakukan adalah penipuan data-data DNS. DNS adalah sebuah sistem yang akan menterjemahkan nama sebuah situs atau host menjadi alamat IP situs atau host tersebut. Cara kerja DNS cukup sederhana, yaitu sebuah host mengirimkan paket (biasanya dengan tipe UDP) yang pada header paket tersebut berisikan alamat host penanya, alamat DNS resolver, pertanyaan yang diinginkan serta sebuah nomor identitas. DNS resolver akan mengirimkan paket jawaban yang sesuai ke penanya. Pada paket jawaban tersebut terdapat nomor identitas, yang dapat dicocokkan oleh
penanya dengan nomor identitas yang dikirimnya. Oleh karena cara kerja yang sederhana dan tidak adanya metode otentikasi dalam sistem komunikasi dengan paket UDP, maka sangat memungkinkan seseorang untuk berpura-pura menjadi DNS resolver dan mengirimkan paket jawaban palsu dengan nomor identitas yang sesuai ke penanya sebelum paket jawaban dari DNS resolver resmi diterima oleh penanya. Dengan cara ini, seorang penyerang dapat dengan mudah mengarahkan seorang pengguna untuk melakukan akses ke sebuah layanan palsu tanpa diketahui pengguna tersebut. Sebagai contoh, seorang penyerang dapat mengarahkan seorang pengguna Internet Banking untuk melakukan akses ke situs Internet Banking palsu yang dibuatnya untuk mendapatkan data-data pribadi dan kartu kredit pengguna tersebut.
Untuk dapat melakukan gangguan dengan memalsukan data DNS, seseorang membutuhkan informasi-informasi di bawah ini :
• Nomor identitas pertanyaan (16 bit)
• Port tujuan pertanyaan
• Alamat IP DNS resolver
• Informasi yang ditanyakan
• Waktu pertanyaan.
Pada beberapa implementasi sistem operasi, informasi diatas yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan penipuan data DNS bisa didapatkan. Kunci dari serangan tipe ini adalah, jawaban yang diberikan DNS resolver palsu harus diterima oleh penanya sebelum jawaban yang sebenarnya diterima, kecuali penyerang dapat memastikan bahwa penanya tidak akan menerima jawaban yang sebenarnya dari DNS resolver yang resmi.
DNS Cache Poisoning
Bentuk lain serangan dengan menggunakan DNS adalah DNS Cache Poisoning. Serangan ini memanfaatkan cache dari setiap server DNS yang merupakan tempat penyimpanan sementara data-data domain yang bukan tanggung jawab server DNS tersebut. Sebagai contoh, sebuah organisasi 'X' memiliki server DNS (ns.x.org) yang menyimpan data mengenai domain 'x.org'. Setiap komputer pada organisasi 'X' akan bertanya pada server 'ns.x.org' setiap kali akan melakukan akses Internet. Setiap kali server ns.x.org menerima pertanyaan diluar domain 'x.org', server tersebut akan bertanya pada pihak otoritas domain. Setelah mendapatkan jawaban yang dibutuhkan, jawaban tersebut akan disimpan dalam cache, sehingga jika ada pertanyaan yang sama, server 'ns.x.org' dapat langsung memberikan jawaban yang benar. Dengan tahapantahapan tertentu, seorang penyerang dapat mengirimkan data-data palsu mengenai sebuah domain yang kemudian akan disimpan di cache sebuah server DNS, sehingga apabila server tersebut menerima pertanyaan mengenai domain tersebut, server akan memberikan jawaban yang salah. Patut dicatat, bahwa dalam serangan ini, data asli server DNS tidak mengalami perubahan sedikitpun. Perubahan data hanya terjadi pada cache server DNS tersebut.
Cara yang paling efektif dalam menghadapi serangan yang merubah DNS server adalah dengan melakukan otentikasi host yang akan kita hubungi. Model otentikasi yang banyak digunakan saat ini adalah dengan mempergunakan digital certificate. Dengan digital certificate, seseorang dapat dengan yakin bahwa host yang dia akses adalah host yang sebenarnya.
Serangan Keamanan Jaringan
Selasa, 06 Juli 2010 | 14:10 WIB
Keamanan jaringan yang perlu diperhatikan adalah mengendalikan access terhadap resources jaringan. Dan juga mengontrol siapa saja yang boleh mengakses resources jaringan yang mana, pengontrolan akses ini juga harus memanage bagaimana si subject (user, program, file, computer dan lainnya) berinteraksi dengan object-2 (bisa berupa sebuah file, database, computer, dll
Prinsip keamanan jaringan
Sebelum memahami berbagai macam serangan keamanan jaringan, Prinsip-prinsip keamanan jaringan adalah
1. Kerahasiaan (confidentiality), dimana object tidak di umbar atau dibocorkan kepada subject yang tidak seharusnya berhak terhadap object tersebut, atau lazim disebut tidak authorize.
2. Integritas (Integrity), bahwa object tetap orisinil, tidak diragukan keasliannya, tidak dimodifikasi dalam perjalanan nya dari sumber menuju penerimanya.
3. Ketersediaan (Availability), dimana user yang mempunyai hak akses atau authorized users diberi akses tepat waktu dan tidak terkendala apapun.
Prinsip keamanan ini lazim disebut segitiga CIA (Confidentiality, Integrity, Availability). Dan salah satu goal utama dari pengendalian akses adalah untuk menjaga jangan sampai ada yang tidak authorize mengakses objek-2 seperti jaringan; layanan-2; link komunikasi; komputer atau system infrastruktur jaringan lainnya oleh apa yang kita sebut sebagai ancaman keamanan jaringan.
Berikut ini adalah berbagai macam kelas serangan atau metoda serangan terhadap keamanan infrastruktur jaringan anda.
1. Memaksa masuk dan kamus password
Jenis serangan keamanan jaringan ini lebih umum disebut sebagai Brute Force and Dictionary, serangan ini adalah upaya masuk ke dalam jaringan dengan menyerang database password atau menyerang login prompt yang sedang active. Serangan masuk paksa ini adalah suatu upaya untuk menemukan password dari account user dengan cara yang sistematis mencoba berbagai kombinasi angka, huruf, atau symbol. Sementara serangan dengan menggunakan metoda kamus password adalah upaya menemukan password dengan mencoba berbagai kemungkinan password yang biasa dipakai user secara umum dengan menggunakan daftar atau kamus password yang sudah di-definisikan sebelumnya.
Untuk mengatasi serangan keamanan jaringan dari jenis ini anda seharusnya mempunyai suatu policy tentang pemakaian password yang kuat diantaranya untuk tidak memakai password yang dekat dengan kita missal nama, nama anak, tanggal lahir dan sebagainya. Semakin panjang suatu password dan kombinasinya semakin sulit untuk diketemukan. Akan tetapi dengan waktu yang cukup, semua password dapat diketemukan dengan metoda brute force ini.
2. Denial of Services (DoS)
Deniel of Services (DoS) ini adalah salah satu ancaman keamanan jaringan yang membuat suatu layanan jaringan jadi mampet, serangan yang membuat jaringan anda tidak bisa diakses atau serangan yang membuat system anda tidak bisa memproses atau merespon terhadap traffic yang legitimasi atau permintaan layanan terhadap object dan resource jaringan. Bentuk umum dari serangan Denial of Services ini adalah dengan cara mengirim paket data dalam jumlah yang sangat bersar terhadap suatu server dimana server tersebut tidak bisa memproses semuanya. Bentuk lain dari serangan keamanan jaringan Denial of Services ini adalah memanfaatkan telah diketahuinya celah yang rentan dari suatu operating system, layanan-2, atau applikasi-2. Exploitasi terhadap celah atau titik lemah system ini bisa sering menyebabkan system crash atau pemakaian 100% CPU.
Tidak semua Denial of Services ini adalah merupakan akibat dari serangan keamanan jaringan. Error dalam coding suatu program bisa saja mengakibatkan kondisi yang disebut DoS ini. Disamping itu ada beberapa jenis DoS seperti:
1. Distributed Denial of Services (DDoS), terjadi saat penyerang berhasil meng-kompromi beberapa layanan system dan menggunakannya atau memanfaatkannya sebagai pusat untuk menyebarkan serangan terhadap korban lain.
2. Ancaman keamanan jaringan Distributed refelective deniel of service (DRDoS) memanfaatkan operasi normal dari layanan Internet, seperti protocol-2 update DNS dan router. DRDoS ini menyerang fungsi dengan mengirim update, sesi, dalam jumlah yang sangat besar kepada berbagai macam layanan server atau router dengan menggunakan address spoofing kepada target korban.
3. Serangan keamanan jaringan dengan membanjiri sinyal SYN kepada system yang menggunakan protocol TCP/IP dengan melakukan inisiasi sesi komunikasi. Seperti kita ketahui, sebuah client mengirim paket SYN kepada server, server akan merespon dengan paket SYN/ACK kepada client tadi, kemudian client tadi merespon balik juga dengan paket ACK kepada server. Ini proses terbentuknya sesi komunikasi yang disebut Three-Way handshake yang dipakai untuk transfer data sampai sesi tersebut berakhir. Kebanjiran SYN terjadi ketika melimpahnya paket SYN dikirim ke server, tetapi si pengirim tidak pernah membalas dengan paket akhir ACK.
4. Serangan keamanan jaringan dalam bentuk Smurf Attack terjadi ketika sebuah server digunakan untuk membanjiri korban dengan data sampah yang tidak berguna. Server atau jaringan yang dipakai menghasilkan response paket yang banyak seperti ICMP ECHO paket atau UDP paket dari satu paket yang dikirim. Serangan yang umum adalah dengan jalan mengirimkan broadcast kepada segmen jaringan? sehingga semua node dalam jaringan akan menerima paket broadcast ini, sehingga setiap node akan merespon balik dengan satu atau lebih paket respon.
5. Serangan keamanan jaringan Ping of Death, adalah serangan ping yang oversize. Dengan menggunakan tool khusus, si penyerang dapat mengirimkan paket ping oversized yang banyak sekali kepada korbannya. Dalam banyak kasus system yang diserang mencoba memproses data tersebut, error terjadi yang menyebabkan system crash, freeze atau reboot. Ping of Death ini tak lebih dari semacam serangan Buffer overflow akan tetapi karena system yang diserang sering jadi down, maka disebut DoS attack.
6. Stream Attack terjadi saat banyak jumlah paket yang besar dikirim menuju ke port pada system korban menggunakan sumber nomor yang random.
3. Spoofing
Spoofing adalah seni untuk menjelma menjadi sesuatu yang lain. Spoofing attack terdiri dari IP address dan node source atau tujuan yang asli atau yang valid diganti dengan IP address atau node source atau tujuan yang lain.
4. Serangan Man-in-the-middle
Serangan keamanan jaringan Man-in-the-middle (serangan pembajakan) terjadi saat user perusak dapat memposisikan diantara dua titik link komunikasi.
-
Dengan jalan mengkopy atau menyusup traffic antara dua party, hal ini pada dasarnya merupakan serangan penyusup.
-
Para penyerang memposisikan dirinya dalam garis komunikasi dimana dia bertindak sebagai proxy atau mekanisme store-and-forwad (simpan dan lepaskan).
Para penyerang ini tidak tampak pada kedua sisi link komunikasi ini dan bisa mengubah isi dan arah traffic. Dengan cara ini para penyerang bisa menangkap logon credensial atau data sensitive ataupun mampu mengubah isi pesan dari kedua titik komunikasi ini.
5. Spamming
Spam yang umum dijabarkan sebagai email yang tak diundang ini, newsgroup, atau pesan diskusi forum. Spam bisa merupakan iklan dari vendor atau bisa berisi kuda Trojan. Spam pada umumnya bukan merupakan serangan keamanan jaringan akan tetapi hampir mirip DoS.
6. Sniffer
Suatu serangan keamanan jaringan dalam bentuk Sniffer (atau dikenal sebagai snooping attack) merupakan kegiatan user perusak yang ingin mendapatkan informasi tentang jaringan atau traffic lewat jaringan tersebut. suatu Sniffer sering merupakan program penangkap paket yang bisa menduplikasikan isi paket yang lewat media jaringan kedalam file. Serangan Sniffer sering difokuskan pada koneksi awal antara client dan server untuk mendapatkan logon credensial, kunci rahasia, password dan lainnya.
7. Crackers
Ancaman keamanan jaringan Crackers adalah user perusak yang bermaksud menyerang suatu system atau seseorang. Cracker bisasanya termotivasi oleh ego, power, atau ingin mendapatkan pengakuan. Akibat dari kegiatan hacker bisa berupa pencurian (data, ide, dll), disable system, kompromi keamanan, opini negative public, kehilangan pasar saham, mengurangi keuntungan, dan kehilangan produktifitas.
Dengan memahami serangan keamanan jaringan ini, anda bisa lebih waspada dan mulai memanage jaringan anda dengan membuat nilai resiko keamanan jaringan dalam organisasi anda atau lazim disebut Risk Security Assessment.
(RV / ICTF)